Penodaan Terhadap Pancasila: Insiden Monas, Bukan Isu Agama

Yogya (KR)- kasus kekerasan yang terjadi di Tugu Monas, 1 Juni 2008 sama sekali bukan isu agama, tetapi penodaan terhadap landasan konstitusi negara, karena pada waktu itu Massa Aliansi kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB) berkumpul untuk memperingati hari lahirnya Pancasila. Tiba-tiba diserang oleh kelompok yang menamakan diri Front Pembela Islam (FPI).


Demikian testimoni salah satu korban yang jadi korban kekerasan di Tugu Monas bersama korban lain, Ni Nyoman Oming dan Bernard di Ruang Husticia, Lantai 2 Gedung University Center (UC) Unit II, UGM, Sabtu (14/6). Testimoni didepan para wartawan tersebut diselenggarakan National Integration Movement (NIM) atau Gerakan Integrasi Nasional.

Menjawab pertanyaan wartawan bagaimana dengan penanganan yang sekarang dilakukan pemerintah dalam kasus tugu Monas, Nino mengatakan, yang perlu ditegaskan di sini kasus Tugu Monas bukan di picu oleh isu Agama. Peristiwa kekerasan ini menurut Ni Nyoman Oming, Pancasila telah dinodai atas nama agama. Ada sesuatu yang salah, karena ada anak-anak dan perempuan yang berada di Tugu Monas dianiaya.

Karena itu NIM mengecam aksi kekerasan terhada puluhan anggota AKKBB yang terjadi di Tugu Monas, 1 Juni 2008.

Pada saat itu anggota AKKBB yang anggotanya terdiri dari ICRP, NIM, KONTRAS, LBH Jakarta, Wahid Institute dan sekitar 50 organisasi lainnya berkumpul di Tugu Monas Jakarta untuk mengadakan aksi damai memperingati hari lahir ke 63 Pancasila.

Dari tugu monas sedianya akan mengadakan pawai simpatik menuju Bundaran HI untuk berdoa bagi persatuan dan kerukunan bangsa yang dijadwalkan pukul 14.00, tetapi saat berkumpul sekitar pukul 13.00 langsung diserang massa FPI yang dipimpin Komando Laskar Islam Munarman. Mereka menyerang menggunakan batu, tongkat bambu dan pentungan kayu, pasir serta potongan besi.

Mendapat perlakukan seperti itu kami tidak melakukan perlawanan, tetapi massa FPI menyerang secara membabi buta dan sangat emosional sehinga banyak jatuh korban. Kalau polisi tidak segera datang, tidak bisa dibanyangkan berapa korban yang jatuh. Karena itu kami berharap ormas apapun kalau melakukan kekerasan supaya dibekukan dan jangan lagi korban berjatuhan seperti yang terjadi di Monas, ujar salah satu korban.

Laporan yang disampaikan dr Hardyanto dari NIM Jogjakarta Solo Semarang (Joglosemar) sampai saat ini korban yang telah terdata 73 orang termasuk 9 orang dari NIM.

Beberapa aktivis NIM luka robek di kepala dan wajah, memar-memar di tubuh dan gegar otak. Aksi kekerasan ini telah membuktikan FPI jelas telah menodai Islam, nama Islam itu sendiri damai, sehingga FPI tak berhak dan mengaku mewakili agama yang cinta damai. (Asp)-e

Catatan: ada photo dari teman-teman yang memberikan testinomi (Oming, Bernard dan Eri yang bertindak jadi moderator, dengan latar belakang spanduk bertuliskan: PANCASILA is Love, Peace, Harmony & Non Violence.

Sumber: Kedaulatan Rakyat, 15 Juni 2008